Pagi ini bertuliskan sepi saja. Seperti hari - hari yang sebelumnya,
malamku kesiangan. Mata tidak jua lelap. Pagi di sini lebih bernuansakan
simbol-simbol penanda sunyi. Sunyi yang boleh memecahkan gegendang
telinga. Sunyi yang menusuk. Sunyi yang berjodohkan malaikat-malaikat
pencatat adegan kebaikan dan kejahatan dengan ruang-ruang kosong yang
seakan hadir tanpa pernah bererti apa-apa. Hampa seisi jiwa,
merentangkan tirai lebar-lebar, menutupi seluruh
kemampuan tengok mata nyata dan
mata jiwa.
Gelap.
Gelap dan sunyi.
Tuhan menciptakan jarak yang entah di mana pangkal mula
dan hujungnya. Begitu jua waktu yang berdetik detik entah berapa
ekor banyaknya. Ligar sekali otak berputar memikirkan yang bukan
bukan. Untuk apa? Entah, untuk tetamu malamku gelap dan sunyi,
barangkali. Malam ini seperti malam malam yang sesudah sebelumnya.
Satu demi satu pemikiran yang sia sia dilahirkan lantaran gelisah yang
berpanjangan. Aku hanya bisa mengadukan garukan-garukan gelisah
ini pada pantulan diriku sendiri. Pada bayang. Dia lebih
memahami, tanpa perlu bicara.
'Hey, langit!! Luangkanlah waktumu sejenak saja bersamaku.
Bukan hanya sebatas kau memayungiku setiap hari dengan nuansamu
yang beragam. Bukan dalam tugas rutinmu sehari-hari. Aku menjatuhkan
tanda ke arahmu adalah untuk memintamu turun sejenak saja dan
meluangkan waktumu bersamaku. Kita pergilah ke kafe atau
sekadar di tilam empukku!’
Aku ingin bertanya sedikit saja pada langit!
Langit mungkin tahu jawapan dari pertanyaan yang berulang
kali menjajah pikiranku.
Ha, kau tidak faham? Ah lupakan. Kau adalah langit.
Masakan kau faham.
Dalam hidupku telah banyak peristiwa yang kulalui. Kisah hidup
yang indah, baik, buruk maupun sedih ataupun kisah yang mengharukan
bak drama sinetron. Tapi ada sesuatu yang tak mampu ditinggalkan
dengan tegar jiwa. Sebuah kisah yang menggerus sebahagian sisi
kehidupanku. Membuatku terhentak dan tersentak dalam satu
waktu. Membuatku limbung dan linglung dalam satu masa.
Mengubah setiap jengkal relung sikap dan nuraniku.
Setiap masa yang berganti menyapa hidup, setiap waktu
yang menghantarkan kedewasaan kepadaku. Tak pernah
mampu menghapuskannya.
Ya, sesuatu itu telah hilang dariku.
Terakhir kali aku berusaha menyapanya kembali, sang
arogan berhasil menguasainya, mencampakkan tanpa
memberi secuil belas kasihan padaku...
Sesuatu itu telah hilang dariku.
Malam ini aku berkabung untuk hilangnya sesuatu itu.
"Yg benar Taufiq Ysl."
No comments:
Post a Comment